Kamis, 18 Februari 2010

Prabayar dan Pascabayar

Dalam kehidupan sehari-hari, di bidang apa pun, sebenarnya berlaku dua hukum yang saling berlawanan yaitu prabayar dan yang sebaliknya pascabayar. Mulai dari urusan kecil sampai hal-hal besar berlaku kedua hukum itu.

Prabayar adalah hukum dimana kita harus membayar harganya lebih dahulu, atau bayar di depan, baru kemudian kita menerima hasilnya. Jika kita mau membayar harganya dengan berjuang, bersusah susah, meninggalkan kehidupan nyaman, mau mengorbankan waktu, uang, tenaga dan pikiran untuk suatu hasil yang belum kita rasakan, tetapi kita percaya itu tidak sia-sia, kita percaya ada yang akan kita dapatkan dibalik perjuangan itu setara atau bahkan jauh lebih besar dari pengorbanan kita, berarti kita telah memilih yang prabayar.

Sedangkan pascabayar adalah ketika kita memilih ber-enak-enak dahulu, dengan menikmati kenyamanan hidup, menghabiskan waktu untuk bersantai-santai, malas belajar, dan tidak mau bersusah-susah sementara untuk hal yang lebih baik kemudian. Baru kemudian ketika harta benda habis, masalah demi masalah menimpa, kita baru menyadari kenapa dulu larut dalam kenyamanan dan tidak pernah mempersiapkan masa-masa sulit itu. Siapapun yang memilih ini, sudah bisa dipastikan dia akan membayarnya di kemudian hari berupa kesulitan-kesulitan hidup atau gagalnya mewujudkan impian. Kalaupun dia tidak sempat membayarnya, mungkin anak cucunya yang mesti membayarnya dengan mengalami kesusahan-kesusahan yang seharusnya tidak terjadi.

Kebanyakan orang setuju hukum prabayarlah yang lebih baik. Namun pada kenyataannya hanya sedikit orang yang mau membayar harganya untuk impian-impian yang besar. Kebanyakan dari mereka hanya menerapkan pada hal-hal yang kecil saja.

Kita semua mengerti, untuk sukses harus berjuang dahulu. Bahkan sejak kecil kita sudah mengenal pepatah “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Petani harus mencangkul, menanam dan merawat tanaman lebih dahulu baru kemudian memanen buahnya. Seorang pelajar harus belajar dulu baru kemudian bisa menjadi pandai. Seorang atlet harus rajin berlatih dahulu baru suatu saat bisa menjadi juara. Kebanyakan agama pun mengajarkan begitu. Kita mesti banyak beramal dulu, baru kemudian kita akan mendapatkan surga. Dan kebanyakan amal baik itu kalau diukur dengan rasa senang
atau tidak senang adalah kurang menyenangkan dibanding amalan jelek. Untuk berpuasa kita mesti merasakan lapar. Untuk shalat kita mesti meninggalkan pekerjaan atau kesenangan terlebih dahulu. Untuk ke gereja, juga mesti meluangkan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk santai atau main-main. Tetapi jika kita mampu mengalahkan rasa-rasa sulit itu, kita akan menikmati kebaikannya kemudian.

Banyak di antara kita yang mengerti itu semua. Hanya saja banyak yang tidak mengerti seberapa besar harus membayar dahulu untuk bisa memperoleh kesenangannya. Karena itulah banyak orang yang tidak sukses dalam banyak bidang.
Kadang mereka maunya nawar-nawar, membayar murah tetapi ingin hasil yang baik atau besar. Padahal seberapa besar yang ingin kita peroleh akan menentukan seberapa berat kita harus membayar lebih dahulu.

Jadi bagaimana dengan kita? Yakinkah kita sudah memilih yang prabayar? Untuk yang kurang suka prabayar, jangan kawatir, karena Tuhan tetap menyediakan pilihan ke dua, pascabayar. Kita bebas memilih di antara keduanya, tetapi tetap saja kita harus membayar.

Selalu ada sisi baik dari setiap hal.
Fokuslah pada hal-hal baik itu jika ingin hidup berkelimpahan dengan kebaikan.
Berpikir positif merupakan sumber segala kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar